Aku sangat bahagia melihat puteriku menikah dengan pria yang dia cintai. Aku berharap pria ini dapat menjaga dan membahagiakan Fulan.
"Ibunda..." Air mata mengalir di pipi Fulan.
"Jangan ada air mata. Ini adalah hari bahagia. Fulan tidak boleh menangis." Aku mengusap air mata yang jatuh di pipi Fulan.
"Jie, jika kakak ipar menyakitimu, segera beri kabar ke rumah. Weilong dan Fulin Ge akan segera membawamu pulang."
Aku tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh Weilong, sama halnya dengan Fulan yang tersenyum mendengarnya.
"Adik ipar, Ibunda sudah mendandanimu begitu cantik. Adik ipar benar-benar menjadi pengantin wanita tercantik." puji Mei Lin, wanita yang dinikahi Fulin 4 tahun lalu.
"Weilong, kau keluar bantu Fulin Ge menyambut rombongan pengantin pria."
"Baik, Ibunda." jawab Weilong, kemudian ia segera keluar ruangan.
Hari ini aku mengantarkan puteriku, Fulan, menikah. Fulin sudah menikah dan memiliki 2 putri cantik. Weilong, putera bungsuku, 3 hari mendatang akan berangkat ke Perfektur Timur untuk memperluas bisnis. Tugasku sebagai seorang Ibu sudah cukup sampai disini, aku harus melepaskan anak-anakku untuk berdiri dengan kakinya sendiri lalu terbang tinggi.
"Ibunda..." Fulin masuk ke ruanganku sambil membawakan semangkuk obat tonik untukku.
"Fulin Ge... Apakah ada yang ingin kau sampaikan?"
"Apakah Ibunda akan meninggalkan kami?"
"Mengapa Fulin Ge berpikir seperti itu?"
"Karena Fulin menemukan ampas ramuan ini." Fulin meletakkan ampas ramuan obat di atas meja.
"Kira-kira 5 hari setelah Wulong pergi, Ibunda juga akan pergi meninggalkan kami."
Aku menarik nafas panjang. Putera sulungku satu ini memang jenius dan dengan mudahnya dia dapat membaca pikiran dan rencanaku.
"Fulin mengerti bahwa Ibunda menunda rencana yang Ibunda sampaikan kepada Nenek selama 10 tahun hanya karena kami bertiga." Fulin meletakkan giok Kediaman Huang yang sebelumnya diberikan Ibunda ke Fulin di atas meja. "Nenek memberikan ini ke Fulin untuk berjaga-jaga. Namun selama 10 tahun ini, Ibunda bekerja keras memastikan kita baik-baik saja dan tidak memerlukan giok komando ini."
"Fulin Ge, sebenarnya Ibunda..."
"Fulin mengerti. Bertahun-tahun Ibunda mengingatkan kami untuk tidak membenci pria itu. Namun sebenarnya Ibunda masih terluka karena pria itu. Ibunda ingin balas dendam kepada pasangan iblis itu."
"Fulin Ge, sudah Ibunda katakan berkali-kali. Pria itu..."
"Pria itu ayah kandungku. Aku tidak boleh membencinya." Fulin segera menyambung perkataanku yang selalu aku katakan setiap saat kami berbicara tentang Shen Gao Xing. "Tapi pria itu dengan mudahnya menggantikan posisi Ibunda. Mencari pengganti Ibunda. Bahkan sekarang dia sudah bahagia dengan keluarga barunya. Hanya dalam hitungan 1 minggu, pada saat kita masih dalam perjalanan menemui nenek, pria itu sudah bersama dengan wanita lain hingga wanita itu hamil. Setelah wanita itu melahirkan tiba-tiba saja meninggal dan bayinya menjadi anak wanita jahat itu." Aku melihat amarah kebencian di mata putera sulungku itu. "Jika kita masih bertahan di rumah itu, Ibunda akan bernasib tragis seperti wanita itu, dan Weilong..." Fulin menahan geramnya sehingga mengepalkan tangannya begitu keras.
Aku memegang tangannya dan dengan lembut berusaha membuka kepalan tangan itu, "Namun itu tidak terjadi kepada Ibunda dan Weilong."
"Jika Ibunda ingin kembali ke Ibukota dan mulai membalas dendam. Fulin akan mendukung Ibunda. Namun jika Ibunda ingin kembali, Ibunda dapat memanggil Fulin untuk datang dan membawa Ibunda pulang." Fulin menyerahkan giok Kediaman Huang kepadaku. "Fulin akan tenang selama Ibunda menyimpan komando Kediaman Huang ini. Fulin percaya Ibunda akan berhasil, sama seperti Ibunda berhasil membesarkan kami bertiga. Tenang saja Fulin Ge akan menjaga Fulan dan Weilong."
"Jangan lupakan Mei Lin beserta Pei Ling dan Pei Zhi."
Fulin tersenyum mendengar aku mengingat istri dan kedua puterinya.
"Fulin harus bertanggungjawab dengan keluarga Fulin. Ibunda yakin Fulin tidak akan mengecewakan Ibunda."
Aku mengantarkan Weilong berangkat ke Perfektur Timur. Hari ini anak yang aku kandung selama 10 bulan dan pertaruhan nyawa, akan pergi mengejar impiannya. Aku berdoa semoga Weilong dapat terbang tinggi mencapai segala mimpinya.
"Ibunda, Weilong pergi dulu. Ibunda jaga kesehatan." Weilong memelukku erat. "Paman Xu sepertinya benar-benar menyukai Ibunda. Ibunda boleh menikah kembali dan mendapatkan cinta yang banyak. Ibunda masih sangat muda dan cantik." Weilong melihat Fulin untuk mencari dukungan. "Apa yang Weilong katakan benar. Fulin Ge juga pasti setuju. Ibunda harus mencari pria yang benar-benar mencintai Ibunda."
Aku tersenyum melihat kedua puteraku yang malah memaksaku untuk menikah kembali.
"Baiklah. Akan Ibunda pertimbangkan."
Weilong berpamitan. Semakin lama bayangan telah menghilang. Puteraku itu akhirnya pergi juga dengan kehidupannya.
Kurang lebih 3 hari kepergian Weilong aku mulai sakit-sakitan dan akhirnya pada hari ke-10 aku dinyatakan meninggal dunia.
=====
Setelah 3 tahun akhirnya aku tiba di Kediaman He. Waktu yang aku tunggu akhirnya tiba. Sudah 3 tahun ini aku menggantikan Eldest Daughter Kediaman He yang diasingkan karena trik yang dibuat oleh ibu tirinya. He Roulan yang sesungguhnya meninggal karena disiksa oleh orang-orang Ibu Tirinya itu, namun tidak ada seorangpun orang di Kediaman He yang mengetahuinya. Aku datang ke Kediaman He karena ingin mengklaim hak He Roulan untuk menikah dengan Putera Mahkota.
He Rufei, ayah He Roulan, adalah salah seorang pendukung Li Xiang dalam persekongkolan pembunuhanku. Sekarang kita akan memulai dari Kediaman He.
"Eldest Daughter Kediaman He, He Roulan, tiba." kataku dengan suara yang keras di depan pintu Kediaman He. "He Roulan adalah puteri Kediaman He yang mempunyai kontrak pernikahan dengan Putera Mahkota."
Aku berulang-ulang mengucapkan itu di depan pintu Kediaman He sehingga menarik perhatian publik yang juga menanti di depan pintu Kediaman He. Akhirnya pintu Kediaman He dibuka dan tampaknya pimpinan pelayan Kediaman He keluar.
"Eldest Miss, selamat datang."
"Kediaman He tidak mengharapkan kehadiran Eldest Daughter Kediaman He memenuhi titah Yang Mulia Raja 15 tahun lalu. Kediaman He berencana mengingkari kontrak pernikahan ini."
Pimpinan pelayan itu kembali ke dalam kediaman He. Tak lama sang Ibu Tiri datang keluar bersama dengan puterinya.
"He Roulan..."
Wanita itu tampak terkejut karena tidak menyangka aku berdiri di hadapannya. Aku memandang puterinya dan menilai bahwa mustahil untuk menggantikanku dengan puterinya yang sangat biasa itu.
Tak lama He Rufei datang.
"Salam hormat Ananda untuk Ayah." Aku melakukan formal greeting kepada pria itu di depan pintu Kediaman He. "Ananda membawa kontrak pernikahan ini. Kakek Feng memberikan kontrak pernikahan dan giok ini kepada Ananda." Aku menunjukkan giok komando pasukan Keluarga Feng di hadapan umum.
He Rufei terlihat semangat melihat giok komando pasukan Keluarga Feng di tanganku. Ini adalah satu-satunya syarat dari Yang Mulia Raja untuk pernikahan puteri Kediaman He dengan Putera Mahkota. He Yushu mustahil untuk menikah dengan Putera Mahkota, meskipun dia menjadi legitimate daughter Kediaman He karena trik jahat ibunya itu, tapi He Yushu bukanlah keturunan Kediaman Feng.
"Akhirnya puteriku kembali pulang. Ayah sudah menantikanmu pulang." He Rufei segera menyambutku dan mengajakku masuk ke dalam Kediaman He.
"Buttler Du, sampaikan kepada Yang Mulia Raja. Eldest Daughter Kediaman He telah kembali. Dowry yang diperjanjikan juga telah tersedia." kata He Rufei dengan semangat.
Pria paruh baya itu segera pergi melakukan seperti yang diperintah He Rufei kepadanya.
Aku melihat tatapan iri Madam He dan He Yushu atas penyambutan He Rufei kepadaku.
"Ayahanda, Ananda mendengar kabar mengenai kontrak pernikahan ini dan Kakek Feng memberikan ini kepada Ananda sebagai dowry yang dijanjikan. Tapi menurut Kakek, apa yang ada di dalam list ini juga dowry yang dipersiapkan untuk Ananda." Aku menyerahkan list panjang yang menjadi dowry pernikahanku. Aku melihat wajah kesal dan marah kedua wanita itu melihat list itu.
"Ayah... Ini..."
"Ayahanda, apakah list ini tidak tepat? Apakah perlu saya mengirimkan pesan kepada Kakek Feng untuk memastikannya? Setahu aku Kakek Feng sedang bersiap menuju Ibukota untuk menghadiri pernikahan Ananda dan Putera Mahkota."
"Tidak perlu. Ayah akan mempersiapkannya. Jenderal Feng nanti cukup duduk tenang menghadiri pernikahanmu dengan Putera Mahkota."
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban He Rufei. Jawaban pria itu pastinya membuat Madam He dan He Yushu geram.
Aku menantikan apa yang akan dilakukan oleh Madam He dan He Yushu untuk menggagalkan pernikahanku. Dan akhirnya kesempatan itu tiba. Seluruh Kediaman He bersama-sama ke Biara di Gunung Ximen untuk tradisi awal tahun, bersama-sama berdoa.
Benar juga dugaanku, Madam He dan He Yushu ingin melakukan trik serupa yang dilakukannya kepada Ibunda He Roulan. Aku berpura-pura dalam pengaruh obat, kemudian saat tiba di kamar. Aku segera memberikan tusukan akupuntur ke Madam He dan He Yushu. Tak lama kemudian seorang pria datang masuk ke dalam ruangan yang lilinnya sudah aku matikan sehingga pria itu tidak melihat lagi wanita yang ada di tempat tidur. Setelah memastikan kedua wanita itu merasakan 'senjata makan tuan', aku segera pergi untuk kembali ke kamarku.
Namun tak terduga di dalam kamar itu ada dupa pewangi juga. Aku kira mereka hanya memberikanku obat perangsang.
Pada saat aku susah payah berjalan ke kamarku, aku bertemu dengan pemuda yang aku tolong saat aku di desa 6 bulan yang lalu.
"Nona..."
Aku mendorongnya. "Jangan mendekatiku." Aku berusaha berjalan menuju ke kamarku. Tak terduga pemuda itu menggendongku dan membawaku ke kamar. Aku berusaha melepaskan diriku dari pemuda itu. "Pergi!!!" Aku berusaha menusuk diriku sendiri dengan tusukan rambutku, namun pemuda itu menahannya. "Lepaskan!!! Lebih baik aku mati daripada kehilangan keperawananku. Aku harus memberikannya kepada suamiku nanti."
"Nona He... Aku akan bertanggungjawab atasmu."
Aku mendorong pemuda itu. "Tidak boleh. Aku sudah memiliki kontrak pernikahan. Aku tidak boleh tidak setia."
Pemuda itu malah menarikku dalam pelukannya. "Aku adalah calon suamimu. Aku akan menikahimu. Aku berjanji."
"Tidak. Tidak boleh. Aku mau menikah dengan harga diri dan pantas untuk suamiku."
"Baiklah. Tunggu sebentar. Tabib akan datang."
Pria itu berusaha menahanku dari melukai diriku sendiri hingga tabib datang dan memberikanku akupuntur.
Keesokan paginya aku melihat pemuda itu menunggu di sebelah tempat tidurku.
"Tuan muda... Anda..."
"Nona He, kita bertemu kembali."
"Terima kasih sudah menolong saya..." kataku sambil beres-beres untuk segera keluar. Aku ingin menyaksikan pertunjukan.
Tiba-tiba terdengar suara pelayan Madam He, "Nona Besar tidak kembali ke ruangannya. Saya mencari Beliau dan Beliau ternyata masuk ke ruangan lalu terdengar bersenang-senang dengan pria." kata pelayan itu sambil berjalan membawa He Rufei dan para tetua Kediaman He lainnya ke ruangan yang menjadi target jebakan.
Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan keluar dari dalam kamarku. "Ayahanda, apa yang terjadi?"
"Nona Besar... Anda..." pelayan itu tampak kaget melihatku keluar dari kamarku.
"Xiao Xi mengatakan kau tidak kembali ke kamarmu dan malah bersenang-senang dengan pria di kamar ini."
"Ananda kurang sehat dan tidur di kamar Ananda sendiri."
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Madam He dan He Yushu dari dalam kamar. Hal ini membuat He Rufei dan yang lainnya masuk. Madam He dan He Yushu terlihat dalam kondisi yang sangat memalukan bersama seorang laki-laki yang telanjang.
"Sungguh memalukan!!! Ibu dan anak perempuannya menikmati pria yang sama!!!!" kata salah satu para tetua Kediaman He.
"Sepertinya cerita bahwa Madam He sebenarnya ditebus dari Rumah Hiburan benar. Seorang mantan wanita penghibur hanya akan melahirkan anak perempuan nakal seperti ibunya. Bahkan Ibu dan puterinya melayani pria yang sama dalam waktu yang sama!!!! Memalukan!!!! Bagaimana mungkin keluarga calon Puteri Mahkota sekacau ini?" kata seorang wanita paruh baya yang tampaknya seorang Nyonya kediaman bangsawan yang juga sedang datang berkunjung ke biara ini.
"Suamiku, dia pelakunya!!!" Madam He menunjuk diriku, "Dia yang menjebakku dan Yushu."
"Madam He, Anda benar-benar luar biasa." terdengar suara pria dari luar pintu. Sumber suara itu masuk ke dalam ruangan dan kemudian orang-orang memberikan hormat kepadanya, "Salam Yang Mulia Putera Mahkota."
"Putera Mahkota, maaf atas ketidaknyamanan ini." He Rufei menyapa pemuda itu.
"Madam He, mengatakan bahwa Nona He yang menyebabkan semua ini. Namun kemarin malam Nona He kurang sehat. Bahkan saya meminta tolong Tabib Kerajaan untuk merawat Nona He di kamarnya sejak kemarin malam."
"Wanita bukan dari kalangan bangsawan memang tidak tahu malu. Meskipun bertahun-tahun hidup sebagai Nyonya Kediaman He, tidak akan merubah sifat aslinya. Sudah bersalah masih mau menuduh Nona He."
"Benar. Eldest Miss He dan Second Miss He sama-sama putri Kediaman He. Namun sangat terlihat perbedaannya bagaikan langit dan bumi."
"Itulah pentingnya bibit asal usul. Ibu dari Eldest Miss He adalah Eldest Miss Kediaman Feng, keturunan satu-satunya Jenderal Agung Feng. Sedangkan Second Miss He? Tahu sendiri ibunya siapa..."
Cibiran demi cibiran terdengar sebagai backsound yang menyenangkan telingaku. Akhirnya wanita jahat ini mendapatkan balasannya.
Wanita kotor yang tak tahu diri, aku akan membuatmu dan putrimu yang bodoh ini hidup lebih memalukan dari binatang.
"Tuan He, Saya tidak menerima hal ini menjadi cela bagi calon Puteri Mahkota ke depannya."
He Rufei tampak takut dengan gertakan pemuda ini. Dengan ragu-ragu akhirnya dia menuliskan selembar kertas dan memberikannya kepada wanita jahat itu.
"Madam Kediaman He adalah mendiang Feng Xingxing, Ibunda He Ruolan. Puteri Kediaman He hanya He Ruolan." He Rufei memandang kepada kedua perempuan yang sedang menangis-menangis di bawah kakinya itu, "Hapus mereka dalam daftar silsilah Kediaman He dan beri mereka anggur beracun."
He Rufei pergi meninggalkan tempat itu beserta dengan para tetua dan tamu lainnya. Aku menatap keduanya dengan pandangan yang sangat puas.
=====
Beberapa hari kemudian, bersama dengan He Rufei, aku menghadiri jamuan dari Istana. Akhirnya setelah 20 tahun aku kembali ke tempat ini. Aku akan bertemu dengan Li Xiang, pamanku tercinta yang mengkhianatiku. Li Xiang yang pengkhianat ini amat mudah curiga dengan orang lain. Oleh sebab itu, Li Xiang akhirnya menyingkirkan Jenderal Feng dengan meng-diskredit Feng Xingxing dan menyingkirkan Perdana Menteri Liu dengan daftar panjang penggelapan uang. Serta kesempatan meng-diskredit Jenderal Shen karena masalah rumah tangganya.
Aku dengan Li Xiang bahkan tidak memiliki hubungan yang baik dengan Putera Mahkota. Pamanku ini curiga puteranya itu akan melakukan kudeta. Dan aku akan memanfaatkan kondisi ini untuk menghancurkan Li Xiang.
Pada jamuan ini tak terduga aku bertemu kembali dengan wajah familiar, Shen Gao Xing dan Liu Yue Liang, diikuti dengan putera mereka Shen Zihao. Shen Gao Xing yang melihatku langsung berlari ke arahku dan memelukku erat, "Xing Yu... Kau kembali!!!"
Aku berusaha melepaskan pelukannya dan memanggil He Rufei untuk pertolongan, "Ayahanda..."
He Rufei berusaha menarik Shen Gao Xing, dan ternyata Putera Mahkota juga menarikku ke pelukannya.
"Jenderal Shen... Perkenalkan ini He Ruolan, calon istriku."
Shen Gao Xing menatap wajahku dan aku hanya tersenyum sopan kepadanya.
"Salam Jenderal Shen. Perkenalkan saya He Ruolan." kataku sambil sedikit bersembunyi di belakang Putera Mahkota Li Shen.
Komentar
Posting Komentar