25 Desember 1982 – Rumah Pribadi Jin Rui Pagi natal. Tapi tak ada salju di luar. Dan di dalam rumahku—hanya ada kehangatan buatan tangan seorang wanita yang kutaklukkan dua tahun lalu, dan tiga anak perempuan yang kusebut “milikku”. Aku terbangun oleh bau mentega dan cokelat. Suara langkah kecil di koridor, dan celetukan lirih: > “Papa… nanti bilang enak ya…” Suara Qingqing. Belum genap dua tahun, tapi sudah bisa berkomplot dengan ibunya membuat kejutan kecil. Mereka menyiapkan kue natal sederhana di dapur. Ruyu mengajari Qingqing menghiasinya dengan taburan warna, dan menulis inisial J dan Q dengan saus stroberi. --- Dulu, aku tak percaya pada rumah. Aku hidup tanpa rumah. Tanpa ibu. Tanpa ayah. Tapi pagi ini, aku bangun… dan wanita yang dulunya pria itu, berdiri di depan meja makan, rambut panjangnya diikat rendah, menyajikan sarapan, memberi aba-aba ke pelayan harian untuk membersihkan ruang tamu, dan sesekali menggendong si kembar saat mulai rewel. Bukan pertunjukan. Tapi kehidu...