Baiklah... mari kita buat ide cerita baru.. Aku buat judulnya sakura, karena mau buat nama karakternya SAKURA atau YING HUA...
=====
Raja Li Qin merasakan kesakitan di bagian bawah tubuhnya namun di lain sisi dia merasakan sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Raja Li Qin kemudian perlahan membuka matanya dan melihat seorang laki-laki di atasnya yang terus menciumi leher dan kemudian bibirnya, bahkan memasuki lidahnya. Raja Li Qin berusaha mencerna kondisi yang dialaminya sekarang ini. Dirinya 'ditekan' oleh laki-laki lain namun dirinya seperti tidak punya tenaga untuk melawan laki-laki ini. Malam itu dalam keadaan sadar, Li Qin harus menerima dirinya 'ditekan' oleh laki-laki.
.....
"Ibunda..."
"Qin Er tega membunuh keturunan Raja Qin karena Qin Er yang egois seperti ini. Ibunda harus memperbaiki kesalahan ini. Ibunda akan mencari seorang pria yang baik untuk Qin Er sehingga Qin Er dapat melahirkan banyak keturunan."
"Ibunda... Apa yang Ibunda perbuat ini lebih salah. Ananda tidak boleh berubah menjadi wanita."
"Tenang saja. Ibunda menjamin obat ini aman. Dari Qin Er akan ada banyak kehidupan yang lahir. Qin Er menjadi wanita yang memiliki fisik kuat dan subur, bahkan obat pengugur kandungan atau pencegah kehamilan tidak dapat mengganggu kehamilan Qin Er." Ibu Suri Li menghampiri puteranya yang sedang kesakitan mengalami transformasi menjadi seorang wanita. "Qin Er akan memiliki pinggul yang lebar untuk mempermudah melahirkan. Payudara yang bagus, kencang dan penuh dengan susu untuk memuaskan anak-anak dan laki-laki Qin Er. Terutama aset milik Qin Er ini akan selalu membuat laki-laki tergila-gila dengan Qin Er. Qin Er akan dapat memberikan banyak keturunan Raja Qin yang selama ini sudah Qin Er habisi."
"Ibunda... Ananda akan mencintai anak-anak ananda nanti. Tolong ampuni Ananda kali ini. Ananda tidak mau menjadi seorang wanita. Ini begitu memalukan."
"Qin Er akan mencintai anak-anak Qin Er nanti. Qin Er akan merasakan cinta kepada anak yang dikandung oleh Qin Er. Meskipun Qin Er berjuang melawan maut, Qin Er akan tetap mencintai anak Qin Er dan melakukan yang terbaik. Qin Er akan mengerti alasan Ibunda melakukan hal ini."
"Qin Er mengerti, Ibunda. Tolong berhentikan."
"Tidak. Meskipun Qin Er menjadi seorang wanita, Qin Er tetap menjadi anak Ibunda, Qin Er satu-satunya. Ibunda lebih baik kehilangan putera Ibu dan mendapatkan seorang puteri dibandingkan semakin hari melihat Qin Er merusak diri sendiri dan berjalan ke jurang maut." Ibu Suri berjalan ke luar ruangan. "Tenang saja. Adik kembar Qin Er akan menjadi Raja menggantikan Qin Er."
"Kembar?"
"Iya. Sebenarnya Qin Er memiliki kembaran, namun sebelumnya Peramal meminta kalian dipisah. Ternyata ini yang dilihat oleh Peramal sebelumnya. Li Xin dapat menjadi Raja yang baik. Li Xin akan menjaga Ibunda dan Qin Er dengan baik."
Li Qin tidak menduga bahwa dirinya begitu saja dilengserkan oleh Ibu kandungnya sendiri.
.....
Li Qin mengalami kesakitan saat mengalami transformasi itu hingga akhirnya dia pingsan. Namun tak disangka saat terbangun, dirinya malah 'ditekan' oleh seorang pria. Saat dirinya bangun di pagi hari, barulah menyadari bahwa pria yang bersamanya adalah Jenderal Ye Bingwen, musuh bebuyutannya selama ini. Li Qin membunuh wanita yang dicintai oleh Jenderal Ye, Li Qing, adik Li Qin dari selir Du, kemudian beberapa bulan lalu Li Qin memperkosa istri Jenderal Ye dan memaksa menggugurkan kandungan istri Jenderal Ye hingga wanita itu tidak akan bisa hamil lagi ke depannya.
Baru saja Li Qin ingin pergi, tak terduga pintu kamar terbuka dan terlihat Li Xin yang begitu mirip dengan Li Qin beserta dengan Ibu Suri Li.
"Ying Hua... Jenderal Ye..."
Jenderal Ye pun akhirnya terbangun dan kemudian menyadari kondisi dirinya di atas tempat tidur.
"Jenderal Ye, kau menikah dengan Puteri Ying Hua segera." kata Ibu Suri Li sebelum keluar ruangan, "Qin Er, segera keluarkan titah untuk pernikahan Hua Er dan Jenderal Ye."
Li Xin mengikuti Ibu Suri Li keluar ruangan.
Jenderal Ye kemudian menatap wanita yang bersamanya di tempat tidur kemudian malah mencekik lehernya, "Dasar!!! Bisa-bisanya kau menjebakku seperti ini!!!"
Li Qin berusaha memukul tangan Ye Bingwen untuk melepaskan tangan laki-laki itu dari lehernya.
"Jenderal..." panggil salah satu anak buah Jenderal Ye Bingwen sehingga akhirnya laki-laki itu melepaskan tangannya. "Ibu Suri, ingin membawa Puteri Ying Hua kembali ke istana."
.....
"Ananda tidak akan menikah dengan Ye Bingwen." protes Li Qin kepada Ibu Suri Li.
"Meskipun Ye Bingwen bukan calon yang Ibunda persiapkan, namun dirinya merupakan Jenderal yang besar."
"Ye Bingwen itu membenci Ananda, Ibunda."
"Berarti Hua Er haru membuat Jenderal Ye mencintai Hua Er."
"Aku Li Qin, Raja Li Qin yang agung."
"Salah. Kamu itu Putri Li Ying Hua. Hua Er harus menerima itu sekarang."
"Ananda seorang laki-laki, tidak mungkin Ananda menikah dengan laki-laki."
"Hua Er ini seorang wanita." Ibu Suri Li kemudian mengelus perut Li Qin, "Dan di sini sudah ada anak Hua Er dan Jenderal Ye."
"Tidak. Itu tidak mungkin. Ananda ini laki-laki."
"Ibunda sudah memberitahu Hua Er. Hua Er ini sangat subur, meskipun Hua Er meminum obat pencegah kehamilan atau pengugur kandungan, itu percuma saja." Ibu Suri Li tersenyum memandang Li Qin, "Atau Hua Er mau Ibunda memanggil Tabib Istana sekarang?"
.....
Beberapa hari kemudian, seperti yang direncanakan, Li Qin menikah dengan Jenderal Ye Bingwen. Tak terduga malah saat di tengah acara, Li Qin mulai mual-mual sehingga menimbulkan pembicaraan orang-orang mengenai Puteri Ying Hua menikah bukan dalam kondisi yang suci.
Li Qin benar-benar tidak menyangka dirinya harus menghadapi penghinaan ini. Yang orang lain tidak tahu, sebenarnya Li Qin berasal dari abad 21. Oleh sebab itu, dirinya dengan menggunakan kepintarannya selama ini bertahan menjadi Raja, menyingkirkan semua penghalang dirinya. Namun ternyata dirinya tetap saja mengalami hal konyol. Li Qin tidak pernah menyangka dirinya di zaman ini malah menjadi seorang wanita. Menjadi wanita di zaman ini tidak dapat diterima oleh masyarakat untuk pemimpin. Wanita hanya dianggap sebagai pemuas nafsu laki-laki, mesin pencetak keturunan.
Tak disangka ada yang memukul Li Qin dari belakang dan membuatnya pingsan. Saat Li Qin terbangun, dirinya sudah berada di dalam sangkar di suatu barak.
"Jangan harap kau akan menerima perlakuan seorang Puteri di sini!!!"
"Ye Bingwen sialan!!!"
Ye Bingwen mencambuk ke arah Li Qin dan Li Qin berusaha menghindar.
"Jika Ibunda dan Raja mengetahui hal ini, kau..."
"Kau sudah menjadi Nyonya Keluarga Ye, sudah sepantasnya kau berada di daerah perbatasan Utara menemani suamimu."
"Perbatasan???"
"Tidak akan ada yang membantumu di sini!!!" kata Ye Bingwen sambil mencambuk kembali, "Wajahmu sangat mirip dengan si Li Qin brengsek itu!!!"
"Kurang ajar!!! Kau tidak sopan, Jenderal Ye!!!"
Ye Bingwen mencambuk kembali, "Kau yang tidak sopan!!! Aku ini suamimu."
"Jangan harap aku akan mengakui laki-laki sepertimu sebagai suamiku."
Jenderal Ye Bingwen tertawa, "Memangnya aku sudi menjadi suamimu??? Aku akan menjadi mimpi burukmu!!!"
"Ye Bingwen!!!" Li Qin sangat emosi, namun kemudian dirinya merasakan perutnya terasa sakit, "Panggilkan tabib sekarang!!!"
"Memang kau pikir dirimu siapa???"
"Panggilkan tabib!!! Aku mengandung anakmu!!!"
"Jangan asal bicara!!!"
"Panggil tabib dan biarkan dia memeriksaku."
Ye Bingwen akhirnya memanggil tabib dan tabib mengatakan bahwa benar Puteri Ying Hua mengandung memasuki usia kandungan 2 bulan. Ye Bingwen mengingat kembali kejadian 2 bulan lalu saat dirinya keracunan dan saat kabur dirinya masuk ke dalam pondok. Karena pengaruh obat, dirinya memang yang langsung menyerang perempuan yang terlihat tak sadarkan diri di ruangan itu. Harus diakui bahwa dirinya yang menyerang Puteri Ying Hua yang sedang tidak sadar. Menyadari hal itu membuat Ye Bingwen merasa dia harus menahan dirinya sekarang ini.
.....
"Hamil tidak berarti kau mendapatkan perlakuan khusus di sini!!! Jangan pikir melahirkan keturunan keluarga Ye membuatmu menjadi Nyonya Keluarga Ye!!!"
"Memang kau pikir aku mau menjadi Nyonya Keluarga Ye?!? Kalau bukan karena aku hamil anak ini, mana mungkin aku mau menikah denganmu. Setelah anak ini lahir, kita berpisah. Tak mungkin kita menjadi pasangan suami istri. Cukup satu kali ini aku mengandung anakmu."
Jenderal Ye Bingwen terlihat sangat marah, "Kau kira kau mudah menjadi istriku, maka kau bisa mudah pergi begitu saja setelah kau bilang tidak mau menjadi istriku lagi?"
"Suami?!? Kau tidak pantas disebut sebagai suami?!? Bahkan sebagai laki-laki kau tidak pantas!!! Skill seorang Jenderal Ye di atas tempat tidur tidak sehebat namanya di medan perang!!!"
"Apa kau bilang?!?" kata Jenderal Ye Bingwen langsung mendekati Li Qin.
"Kau tidak bisa di tempat tidur!!! Mengecewakan!!!"
"Kau bilang aku tidak bisa?!? Mengecewakan?!?"
Jenderal Ye Bingwen langsung menggendong Li Qin ke atas tempat tidur meskipun Li Qin terus menerus meronta untuk pergi. Akan tetapi kekuatan Jenderal Ye Bingwen lebih besar dan akhirnya Jenderal Ye Bingwen 'menekan' Li Qin kembali dengan paksa.
.....
"Tak perduli seberapa besar kau membencinya, kau selamanya akan melayaniku di atas tempat tidur. Dan akan ku pastikan kau akan berkali-kali memberikan anak bagiku." kata Jenderal Ye sebelum meninggalkan Li Qin di tempat tidur.
Benar saja Li Qin tidak diberikan seorang pelayan pun. Namun itu tidak membuat Li Qin merasa kalah. Li Qin tidak masalah untuk mempersiapkan keperluannya sendiri karena kehidupannya di abad 21 sebenarnya lebih parah dari sekarang ini, namun dia tetap bisa bertahan.
.....
"Jenderal Ye..."
"Apa yang dilakukan wanita itu?"
"Nyonya..."
Jenderal Ye memandangi tangan kanannya itu.
"Putri Ying Hua seperti biasa pergi ke pinggir sungai dan menangkap ikan, memetik beberapa tumbuhan rempah dan obat-obatan, kemudian sekarang mulai memasak di dapur."
Jenderal Ye hanya terus membaca laporan di hadapannya.
"Jenderal Ye, bagaimanapun Puteri sedang mengandung anak Jenderal. Perutnya sudah mulai terlihat membesar. Jika Puteri tetap melakukan hal ini sendiri, tentara yang lain akan melihat Jenderal Ye bukan sebagai suami yang baik."
"Dia tinggal di barak perbatasan seperti ini. Tidak ada perlakuan khusus di sini."
"Jenderal Ye, para tentara yang lain menilai Puteri Ying Hua sangat baik. Puteri sering membantu di klinik."
"Klinik?"
Xiao He, tangan kanan Jenderal Ye Bingwen menganggukkan kepalanya. "Puteri Ying Hua membantu Tabib Nian di klinik."
"Pembunuh berdarah dingin seperti dia bisa menyelamatkan orang?"
"Saya tidak berbohong, Jenderal. Puteri benar-benar memiliki kemampuan medis yang hebat."
Jenderal Ye Bingwen segera beranjak pergi ke dapur, namun tak disangka melihat Nian Jia Wen, sahabat baiknya, terlihat tertawa bersama perempuan itu.
"Jia Wen..." panggil Jenderal Ye Bingwen.
"Bingwen..." jawab Tabib Nian Jia Wen melihat kedatangan Jenderal Ye Bingwen ke area dapur, "Sedang apa kau di sini?"
"Bukannya aku yang bertanya seperti itu? Sedang apa kau disini?"
"Oh Hua Er ingin memberiku kesempatan mencicipi soup ikan buatannya lagi."
Jenderal Ye Bingwen mendengar kata 'lagi' membuatnya marah, berarti sahabatnya ini sudah pernah mencicipi masakan wanita itu.
"Oh... Kalau kau lapar, kau minta saja ke koki. Untuk apa kau menunggu masakannya?"
"Masakan yang dibuat Hua Er berbeda dengan yang dibuat oleh koki."
Jenderal Ye Bingwen menyadari sahabatnya terus menerus memanggil wanita itu 'Hua Er'.
"Tabib Nian, mari makan. Semua sudah siap." kata Puteri Ying Hua sambil meletakkan semangkuk soup ikan di atas meja makan.
Namun tiba-tiba Jenderal Ye Bingwen menggendong Puteri Ying Hua pergi, "Kau makanlah dulu. Ada yang perlu aku bicarakan berdua saja dengan istriku ini." Jenderal Ye Bingwen terkesan menekankan kata 'istriku' di hadapan Tabib Nian dan Xiao He.
.....
"Ye Bingwen" kata Puteri Ying Hua ketika Jenderal Ye Bingwen meletakannya di tempat tidur. "Ini masih siang bolong! Kau tidak tahu malu."
"Memang kenapa? Kau ini istriku, kalau kau diminta melayani suamimu, siang atau malam sama saja, itu tugasmu!!!"
"Dasar brengsek!!!"
"Li Ying Hua!!! Ingat baik-baik!!! Kau ini istriku!!! Jangan pernah berpikir kau bisa memasangkan 'green hat' di kepalaku ini!!!"
"Green hat?!?" Puteri Ying Hua tertawa, "Seharusnya kau sadar alasan mengapa kau dipasangkan 'green hat' itu?"
"Apa maksudmu?!? Kau mau bilang aku tidak mampu?!?"
"Iya. Kau tidak mampu. Coba saja kau bilang kau bisa bertahan berapa lama? Kemudian rutinitas seks mu itu berapa kali? Kau itu tidak bisa dibilang laki-laki sejati?!?!"
"Memang kau pikir laki-laki sejati itu seperti kakak laki-lakimu itu? Yang tidak bisa menahan dirinya dan hanya menghamili para wanita?!?!?"
"Tapi setidaknya dia membuktikan dia mampu!!! Atau kau bisa tanyakan kepada istrimu, Ying Mei Hua."
Jenderal Ye Bingwen tidak menyangka Puteri Ying Hua akan membawa nama Ying Mei Hua, istri pertamanya yang sekarang harus mengalah menjadi seorang selir demi membiarkan Puteri Ying Hua ini menjadi isteri sah. Memang dirinya tidak punya perasaan asmara dengan Ying Mei Hua, namun sekarang wanita itu tidak dapat hamil lagi karena laki-laki brengsek itu ingin menyembunyikan hasil perselingkuhan mereka.
Jenderal Ye Bingwen mendorong Puteri Ying Hua di tempat tidur, "Asal kau tahu. Kakak laki-lakimu yang kurang ajar itu telah merusak Ying Mei Hua dan kau akan membayarnya. Kau akan memberikan anakmu menjadi anaknya."
Puteri Ying Hua tertawa, "Baguslah. Aku tidak perlu repot-repot mengurus anak ini. Mengurus bayi itu merepotkan apalagi kalau harus terbangun tengah malam untuk menyusui mereka. Itu sangat melelahkan. Itu bisa membuat seorang perempuan menjadi gila."
Jenderal Ye Bingwen tersenyum, "Oh baiklah... Kau akan merawat semua anak kita. Kau akan terus menerus merawat anak kita. Kita akan mempunyai banyak anak dan kau sendiri yang akan merawat mereka."
"Mimpi!!! Aku tak akan sudi menjadi seorang Istri dan Ibu seperti itu. Aku bukan mesin pencetak anak."
Jenderal Ye Bingwen membuka paksa pakaian Puteri Ying Hua, "Aku akan terus menerus mengingatkan posisimu sebagai istriku. Kau itu ibu dari anak-anakku. Kau bukan lagi seorang puteri yang dilayani dan hidup nyaman." Jenderal Ye Bingwen 'menekan' Puteri Ying Hua meskipun Ying Hua berusaha mendorongnya, "Akan kupastikan itu, bahkan sampai aku mati sekalipun kau akan menjadi wanitaku. Jadi jangan sekali-kali kau menggoda laki-laki lain..."
.....
Sejak hari itu, Li Qin benar-benar dikurung hanya di Mansion Jenderal. Li Qin dilarang kembali ke barak, namun Jenderal Ye jadinya hampir tiap malam pulang ke Mansion dan makan masakan Li Qin, kemudian memaksa Li Qin melayaninya di tempat tidur, meskipun perut Li Qin semakin membesar.
"Hua Er..."
Li Qin kaget melihat kehadiran Tabib Nian Jia Wen hadir di Mansion Jenderal.
"Wen Wen... Sedang apa kau disini?"
"Wah kau masak apa hari ini? Wanginya tercium sangat sedap..."
"Aku membuat soup ayam. Apa kau ingin mencicipinya?"
Tabib Nian segera duduk dan mengambil mangkok di meja, "Tentu saja..."
"Jia Wen... Aku memintamu ke sini bukan untuk makan." kata Jenderal Ye Bingwen saat memasuki ruangan.
"Oh iya..." Tabib Nian segera bangkit dan mulai memeriksa Li Qin.
"Tenang saja. Usia kandungan Hua Er benar-benar 5 bulan dan perutnya sangat besar seperti ini karena dia mengandung 2 anak sekaligus."
Jenderal Ye Bingwen tampak terkejut mendengar berita ini.
"Aku sudah menduganya. Aku ini anak kembar, kemungkinan aku mengandung anak kembar juga sangat besar."
"Wah Hua Er ternyata sudah menduganya." kata Tabib Nian sebelum mencicipi kembali soup ayam miliknya.
"Wen Wen lupa aku ini siapa? Aku ini juga seorang tabib, aku pasti dapat memeriksa diriku sendiri."
"Nah... Bingwen, dengar kata istrimu sendiri, dia itu seorang tabib, dia pasti tahu kondisinya sendiri. Untuk apa kau meminta aku memeriksa dia hanya karena curiga dengan perutnya yang besar itu? Pantas saja perutnya sebesar itu meskipun masih 5 bulan. Dia mengandung 2 anak sekaligus di dalam perut itu."
"Xiao He..." Jenderal Ye Bingwen memanggil tangan kanannya itu, "Antar Tabib Nian kembali ke barak."
"Mengapa terburu-buru? Wen Wen belum menghabiskan soupnya."
"Sekarang!!!"
"Hua Er, aku duluan. Suamimu ini sudah memberikan perintah." kata Tabib Nian sambil pergi bersama Xiao He.
.....
"Sudah aku katakan jangan pernah menggoda laki-laki lain di depanku. Itu menjijikkan."
"Siapa yang menggoda siapa?"
Jenderal Ye Bingwen menggendong Puteri Ying Hua kembali ke tempat tidur, harus dirinya akui bahwa wanita ini ternyata tambah berat meskipun yang terlihat bertambah hanya bagian perutnya yang membesar itu. Ketika dirinya meletakkan wanita itu tak sengaja Jenderal Ye merasakan gerakan dari perut wanita itu.
"Anak-anakmu itu sangat aktif di perutku. Biasanya jam segini mereka memang sering bergerak-gerak."
Jenderal Ye penasaran sehingga mengelus perut Ying Hua dan merasakan gerakan dari dalam perut itu kembali.
"Entah kenapa mereka selalu aktif bergerak di siang hari seperti ini namun saat malam hari mereka tidak pernah mengganggu. Anakmu ini sangat pengertian."
Jenderal Ye merasa sangat excited karena dirinya dapat merasakan gerakan kedua anaknya itu. Dirinya merasakan tendangan dari keduanya meskipun itu sepertinya membuat Puteri Ying Hua merasa kurang nyaman. Jenderal Ye memperhatikan bahwa Puteri Ying Hua menahan rasa kurang nyamannya karena dengan kondisi perut yang besar itu kedua puteranya bergerak-gerak di dalamnya.
.....
Sejak saat itu, Jenderal Ye Bingwen rajin mengelus perut Li Qin sebelum dirinya berangkat ke barak dan di malam hari Jenderal Ye jadi tidur di kamar Li Qin dan memeluk Li Qin dari belakang meskipun pria itu tidak 'menekan' dirinya lagi.
Namun entah karena hormon, Li Qin menginginkan sentuhan lebih dari Jenderal Ye Bingwen. Apalagi memasuki usia kandungannya 7 bulan, payudaranya mulai terasa sakit. Li Qin yang memang seorang dokter di abad 21 mempraktikan massage payudara.
Tanpa disadarinya saat dirinya sedang makan malam bersama dengan Jenderal Ye Bingwen, payudaranya mengeluarkan air susu.
"Apa itu?"
Li Qin menyadarinya payudaranya mengeluarkan susu lagi setelah sore ini sebelum dirinya memasak makan malam, dirinya melakukan massage payudara karena kembali terasa sakit.
"Ini air susu."
"Bukankah mereka masih belum lahir? Mengapa kau sudah mempunyai air susu itu?"
"Mungkin anak-anakmu nanti sangat rakus. Payudaraku sudah mempersiapkan susu yang cukup untuk mereka." Li Qin bangkit berdiri dan malah membuka payudaranya di depan Jenderal Ye.
"Apa maksudmu ini?"
"Aku ingin kau menghisapnya? Aku kesakitan." Li Qin mendorong kepala Jenderal Ye ke payudaranya, "Hisaplah..."
Jenderal Ye mau tidak mau menghisap payudara Li Qin. Li Qin juga mengarahkan tangan Jenderal Ye di payudaranya yang lain hingga keduanya sama-sama mengeluarkan air susu.
"Kau harus memastikan keduanya akan memberikan susu kepada kedua puteramu."
"Li Ying Hua, kau bermain api!!!" Jenderal Ye Bingwen menutup kembali baju Li Qin dan membawanya ke kamar.
"Kau sedang hamil dengan perut besar begini, namun kau malah bermain api seperti ini."
"Tenang saja, aku akan mengajarimu bagaimana kau memadamkan api itu."
Malam itu Li Qin mengajari Jenderal Ye Bingwen cara untuk melakukan massage payudara, serta cara mereka melakukan hubungan seks selama dirinya hamil dengan perut besar itu.
.....
Tak terduga saat kandungan Puteri Li Ying Hua memasuki usia 10 bulan, Ibu Suri Li datang ke Mansion Jenderal.
"Ibunda..."
"Yang Mulia Ibu Suri..."
"Berdirilah..." kata Ibu Suri Li dan dirinya segera berjalan menuju Puteri Ying Hua, "Hua Er... Dirimu terlihat sangat cantik dan mengagumkan dengan perutmu yang besar ini."
"Ananda akan memiliki anak kembar."
"Baguslah. Ibunda ke tempat ini karena ingin menemanimu bersalin. Namun nanti setelah usai mereka 2 tahun, Ibunda akan membawa 1 anakmu ke Istana untuk menemani Ibunda dan 1 anakmu yang lain untuk menemani Ayah dan Ibu Jenderal Ye di Ibu Kota." Ibu Suri Li berbalik menatap Jenderal Ye Bingwen, "Anda tidak masalah kan Jenderal Ye?"
Jenderal Ye hanya tersenyum. Tidak menjawab pertanyaan dari Ibu Mertuanya itu, yang juga secara bersamaan adalah Ibu Suri negara ini yang menurut kabarnya mematikan meskipun terlihat lemah lembut. Bahkan saat akhirnya Ibu Suri Li turun tangan, Raja Li Qin yang parah kelakukannya itu akhirnya berubah 180 derajat.
"Ayo menemani Ibunda berjalan-jalan."
"Ibunda, aku merasa air ketubanku bisa pecah kapan saja."
Ibu Suri Li terdiam sejenak kemudian mengelus perut Puteri Ying Hua, "Ibunda tidak sabar ingin melihat puteramu. Seandainya kita bisa melakukan USG."
Puteri Ying Hua kemudian terdiam juga dan terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Suri Li.
.....
"Ibunda berasal dari abad 21 juga?"
"Ternyata puteri kesayanganku berasal dari abad 21? Ibunda berasal dari abad 25. Oleh sebab itu, di zaman Ibunda mampu melakukan rekayasa untuk merubah kromosom Y dirimu menjadi X."
"Mengapa Ananda tidak menyadarinya?"
"Ibunda tidak bodoh untuk membuat orang-orang curiga. Lagipula di zaman ini, perempuan tidak boleh terlalu pintar. Tapi ingat puteriku sayang, itu semua hanya di permukaannya saja. Sebagai seorang perempuan kau tetap harus menggunakan kepintaranmu untuk mempertahankan posisimu sebagai seorang Istri dan Ibu yang dihormati."
"Ananda tidak mau seperti itu. Ibunda... Ananda mohon kembalikan Ananda seperti semula."
"Tidak, sayangku. Kau memiliki anak-anak yang membutuhkanmu." Ibu Suri Li meletakkan tangan Li Qin di perut besar Li Qin.
Sebenarnya alasan Li Qin ingin segera kembali menjadi seorang laki-laki karena dirinya sudah merasakan bounding dengan anaknya. Dirinya sering mengalami mimpi buruk kehilangan anak-anaknya. Parahnya lagi setelah dirinya mimpi buruk, Li Qin malah merasakan aman kembali setelah dipeluk oleh Jenderal Ye Bingwen.
"Ibunda, ananda merasa takut. Ananda mulai bermimpi buruk dan merasa seperti ingin mati saat bermimpi terjadi sesuatu yang buruk dengan anak-anak ini."
"Itulah sayang... Itu wajar. Mereka ini anak-anakmu. Yang Hua Er bawa kemana-mana selama 10 bulan ini. Berbagi makanan dengan apa yang Hua Er makan. Mereka merasakan apa yang Hua Er rasakan. Dan nanti untuk mereka Hua Er akan bertaruh nyawa untuk melahirkan mereka ke dunia ini."
"Ibunda..." Li Qin menyadari air ketubannya sudah pecah, "Air ketubanku sudah pecah."
"Baiklah, jangan khawatir. Ibunda akan membantu Hua Er. Tenang, kita berjalan pelan-pelan kembali ke kamar Hua Er."
Li Qin dan Ibu Suri Li berjalan ke kamar. Ibu Suri Li memerintahkan untuk mempersiapkan air panas dan memanggil Jenderal Ye Bingwen.
Setelah mempersiapkan beberapa air panas, Ibu Suri Li memerintahkan pelayan yang lain keluar dan mengingatkan mereka untuk segera menyuruh Jenderal Ye Bingwen masuk ke dalam ruangan jika telah tiba.
.....
Jenderal Ye Bingwen dipanggil kembali ke rumah, kabarnya istrinya itu akan melahirkan.
"Masuklah." panggil Ibu Suri Li.
"Saya di luar saja, Yang Mulia."
"Jika aku perintahkan masuk, maka masuk. Jenderal Ye Bingwen!!!"
Mau tidak mau Jenderal Ye Bingwen masuk ke dalam ruangan itu.
"Jenderal Ye, untuk hari ini kau harus rela berkorban jika Hua Er menarik rambut atau mencakar dirimu. Dia berjuang melawan maut untuk melahirkan kedua puteramu ini."
Jenderal Ye masih berusaha mencerna dengan apa yang disampaikan Ibu Suri Li dan kemudian Puteri Ying Hua menggenggam tangannya erat-erat sampai sangat sakit.
"Ye Bingwen sialan!!! Mengapa harus aku yang mengalami ini?!?"
6 jam berteriak kesakitan dan mengeluarkan darah terus menerus, akhirnya bayi pertama keluar.
"Siapa yang ada di luar sana?"
"Jia Wen. Dia seorang tabib juga."
"Panggil dia masuk."
"Jia Wen..."
Jia Wen akhirnya masuk ke dalam ruangan itu setelah selama 6 jam dirinya juga mendengar makian yang dikeluarkan oleh Puteri Ying Hua kepada sahabatnya itu.
"Kau seorang tabib pastinya bisa membersihkan seorang bayi. Bersihkan dia."
Tabib Nian menerima bayi merah itu dan membersihkannya di sisi lain ruangan itu dengan air yang sudah dipersiapkan.
"Hua Er... Ayo dorong lagi..."
"Ibunda... Ananda tidak mau merasakan ini lagi. Ananda minta maaf. Ananda berjanji akan menuruti semua permintaan Ibunda... Ananda tidak mau merasakan ini lagi."
Kali ini Puteri Ying Hua benar-benar menangis mengeluarkan air mata di tengah kesakitannya.
"Jangan cengeng!!! Sebagai seorang Ibu, Hua Er tidak boleh cengeng. Putera Hua Er perlu seorang Ibu yang kuat. Ayo dorong yang kuat lagi..."
"Ibunda... Ananda tidak kuat... Sakit... Ini lebih menyakitkan dibandingkan Ananda ditusuk pedang atau diterjang oleh panah... Ini menyakitkan, Ibunda."
"Ini harga yang harus Hua Er bayar."
"Ibunda lebih baik langsung bunuh Ananda. Ananda tidak kuat lagi, Ibunda."
"Hua Er tidak boleh menyerah begitu saja. Hua Er tidak boleh mati. Anak-anak Hua Er membutuhkan Ibunya. Ayo dorong yang lebih keras lagi, Hua Er..."
Puteri Ying Hua kemudian menyadari Jenderal Ye berada di sisinya, lalu menarik rambut Jenderal itu, "Karena dirimu aku mengalami ini!!! Kau yang tidak ada apa-apanya di tempat tidur mengapa kau malah menghamili aku?!?! Kau yang membuatku hamil!!! Mengapa aku hamil?!? Itu karena dirimu, Ye Bingwen sialan!!!"
Untuk anak yang kedua ini, lebih lama dan sulit dari yang pertama karena yang kedua ini memiliki ukuran yang lebih besar. Setelah letih berteriak dan berjuang melahirkan kedua puteranya, Puteri Ying Hua merasakan sangat tak berdaya. Namun ternyata Ibu Suri Li malah langsung memaksa Ying Hua untuk menyusui kedua puteranya itu, kanan dan kiri setelah keduanya dibersihkan.
"Baguslah. Kau bisa menyusui keduanya dengan baik." Ibu Suri Li kemudian menatap Tabib Nuan yang membantu mereka di ruangan itu, "Tabib Nuan, terima kasih atas bantuannya."
"Ini bukanlah apa-apa, Yang Mulia. Saya senang dapat membantu."
"Saya harap apa yang Tabib Nuan dengar hari ini tidak akan didengar oleh siapapun."
Akhirnya Jenderal Ye Bingwen mengerti alasan Ibu Suri Li memerintahkan seluruh pelayan berada di luar Mansion. Ternyata Ibu Suri Li ingin menjaga orang lain mendengar umpatan seorang Puteri pada saat persalinan.
Jenderal Ye Bingwen kemudian menyadari bahwa wanita yang dinikahinya itu tidak lemah lembut seperti wanita pada umumnya, namun malah cenderung arogant. Tapi Jenderal Ye beranggapan itu karena selama ini wanita ini mendapatkan perlakuan seorang Puteri oleh sekitarnya.
"Tenang saja. Ibunda akan menemani Hua Er mengurus mereka." Ibu Suri Li menatap Jenderal Ye Bingwen, "Karena Ibunda yang membantu persalinan mereka dan Ibunda ini Nenek mereka, Ibunda yang akan memberikan nama kepada mereka."
Tatapan intimidasi Ibu Suri Li benar-benar menekan Jenderal Ye Bingwen hingga tidak dapat berkata apa-apa.
"Anak pertama Hua Er ini terlihat tampan dan anggun, dia bernama Fengyin. Kemudian si bungsu yang lebih besar dan gagah ini akan bernama Hongli."
"Ye... Mereka memiliki marga Ye, Ibunda."
"Tentu saja. Mereka ini anak Hua Er dengan Jenderal Ye, pastinya akan memiliki marga Ye. Ye Fengyin dan Ye Hongli." Ibu Suri Li tampak puas dengan pemilihan nama untuk kedua cucunya, "Hua Er juga menyukainya kan?" Ibu Suri Li menatap Jenderal Ye kembali, "Kalau untuk anak selanjutnya, kalian baru meminta Ayah dan Ibu Jenderal Ye."
"Ini sudah cukup!!! Ananda tidak mau lagi."
"Ibunda akan pastikan mereka akan memiliki banyak adik lainnya." Ibu Suri Li menatap tajam Jenderal Ye, "Jenderal Ye setuju dengan Ibunda bukan?"
Mau tidak mau Jenderal Ye menganggukkan kepalanya.
.....
"Ibunda, beberapa hari ini Ananda tidak tenang kalau mendengar suara mereka menangis. Ananda menjadi panik, Ibunda. Tapi mereka hanya terus menerus menangis."
"Tentu saja, mereka itu masih bayi, mereka hanya bisa menangis. Dan itu semua wajar karena Hua Er itu Ibu mereka."
"Tapi Ananda tidak suka dengan perasaan ini, Ibunda."
"Itu perasaan alami seorang Ibu, Hua Er. Nanti Hua Er akan mengerti apa yang Ibu rasakan saat melihat Hua Er dan Qin Er."
"Ibunda..."
"Sekarang Hua Er berendam dulu. Ibunda akan mengajari Jenderal Ye untuk memandikan Fengyin dan Hongli." kata Ibu Suri Li sebelum meninggalkan Li Qin berendam.
Li Qin bersyukur karena setidaknya Ibunya hadir bersamanya, menjadi teman berbincang dengan dirinya saat bimbang. Li Qin menyadari hal ini karena kondisi hormonnya sendiri yang sedang tidak stabil. Namun untunglah Ibunya memastikan Jenderal Ye Bingwen juga ikut ambil andil dalam merawat kedua bayinya. Hal ini sedikit membuatnya merasa lega karena tekanan memiliki kedua bayi ini juga dibagi kepada Jenderal Ye Bingwen.
.....
Ye Bingwen sebenarnya ingin beristirahat, namun Ibu Suri Li menyuruh dirinya untuk memandikan kedua puteranya. Sebenarnya ini merupakan hal yang menegangkan bagi seorang Jenderal baginya karena dirinya merasa takut salah memegang kedua puteranya yang masih kecil itu, ia merasa keduanya masih sangat rapuh.
"Guo Guo juga memandikan anak-anak dulu. Dia juga membersihkan popok mereka dan malah juga menyuapi mereka makan."
"Guo Guo?"
"Guo Guo... Ayah Hua Er dan Qin Er."
Ye Bingwen tidak menyangka Ibu Suri Li memanggil mendiang Raja Li Guo dengan nama kecil seperti itu. Namun kemudian dirinya pun mengingat bahwa istrinya juga mempunyai nama kecil ke sahabatnya, Nian Jia Wen, tapi tidak pernah ke dirinya. Tiba-tiba tanpa terasa seperti ada yang panas dari dalam diri sang Jenderal.
"Sebelum akhirnya Guo Guo mendengarkan apa kata peramal untuk mengirim salah satunya keluar istana." Jenderal Ye mendapatkan tatapan tajam dari Ibu Suri Li, "Ingat, Jenderal Ye dan Hua Er harus bekerja sama mengurus anak-anak, jangan pernah memberi kepada pelayan sekalipun. Tak perduli seberapa penting jabatanmu di luar, anak-anak kalian hanya mempunyai satu ayah dan satu ibu."
.....
"Lusa kami akan kembali ke Ibu Kota, aku harap kau juga ikut bersama kami." kata Jenderal Ye Bingwen saat masuk ke kamar Tabib Nian Jia Wen, "Wanita itu hamil."
"Apa?" Tabib Nian Jia Wen terkejut mendengar berita yang dibawa oleh sahabatnya itu, mengingat sang Puteri baru saja melahirkan kurang lebih 5 bulan lalu, "Ternyata Jenderal Ye tidak bisa menahan dirinya. Fengyuan dan Hongli itu baru mulai bisa duduk, tapi mereka harus segera bersiap-siap mempunyai adik. Kau memang luar biasa."
"Aku dan wanita itu mabuk atau mungkin kali ini perbuatan Ibu Suri."
"Ibu Suri?"
"Benar. Sepertinya Ibu Suri ingin mempunyai banyak cucu dari puterinya itu." Jenderal Ye Bingwen juga masih tidak habis pikir mengapa dia bisa tidur bersama wanita itu lagi di malam perayaan pernikahan satu tahun mereka. Sebenarnya jika tidak ada Ibu Suri Li, dirinya juga tidak akan mau mengingat pernikahan dirinya dengan wanita itu, lagipula untuk apa merayakan hari pernikahan mereka yang sebenarnya pernikahan tanpa cinta. "Seharusnya Ibu Suri memikirkan keturuan dari Raja brengsek itu."
"Mungkin karena kau menikahi puterinya. Kau tahu anak perempuan pastinya berbeda dengan anak laki-laki."
"Entahlah... Aku hanya merasa Ibu Suri begitu memberi perhatian lebih kepada Puterinya itu." Jenderal Ye Bingwen sebenarnya sudah merasa kurang nyaman karena Ibu Suri Li benar-benar banyak mengatur di Mansion, meskipun sebenarnya menurutnya Ibu Suri Li juga sangat membantu mengurus Fengyan dan Hongli."
"Hanya satu kali dan kau beruntung lagi?" Tabib Nian terlihat masih tidak percaya mendengar kabar kehamilan Puteri Li Ying Hua, "Hua Er itu sangat subur atau kau memang yang jago? Bukan hanya hebat di medan perang, ternyata di tempat tidur kau juga tepat sasaran, Jenderal!!! Padahal sebelum bersama Hua Er, kau selalu meleset."
Jenderal Ye Bingwen menatap sahabatnya dengan wajah yang sudah memerah.
"Kau pertama kali melakukannya bersama Li Qing sebelum dia meninggal, dengan harapan akan mempermudah jalan kalian berdua mendapatkan izin menikah tapi dia juga tidak ada kabar hamil sebelum meninggal. Kemudian Ying Mei Hua, kau dan dia menikah sudah 2 tahun lamanya, tapi juga tidak ada kabar. Oh iya yang terakhir Kau punya selirmu, Du Wen Xu."
"Aku koreksi. Aku tidak pernah menyentuh Du Wen Xu. Aku menerimanya sebagai selir karena dia merawat Selir Du setelah kepergian Li Qing. Malah karena obatnya itu aku akhirnya aku malah bersama dengan Ying Hua sekarang."
"Baiklah. Tapi tetap saja sejak kau bersama dengan Hua Er, kau beruntung. Kau akan diberkati dengan banyak keturunan. Bagus lah, selama ini keluarga Ye hanya memiliki satu laki-laki per generasi. Karena Hua Er, kau sekarang setidaknya punya 2 anak laki-laki. Tapi itu untuk sekarang, mengingat betapa suburnya Hua Er, aku tidak tahu akan seberapa banyak anak laki-laki yang akan kau punya nanti."
"Ibu Suri meminta kau mendampingi selama kehamilan wanita itu. Entah mengapa kali ini sepertinya sedikit berbeda, dia semakin sering mual."
"Kehamilan sebelumnya Hua Er juga sering mual, bahkan Hua Er susah makan, makanya Hua Er masak sendiri makanannya. Tapi karena itulah aku bisa mencicipi makanan yang dimasak oleh Hua Er."
"Hua Er? Mengapa kalian berdua saling memanggil nama kecil?"
"Memangnya ada masalah? Aku memanggilnya Hua Er. Hua Er memanggilku Wen Wen." kata Tabib Nian sambil tersenyum.
"Jenderal Ye cemburu?"
"Cemburu?"
"Tenang saja. Aku tidak akan mengganggu wanita yang disukai oleh sahabatku sendiri."
"Suka? Bagaimana mungkin aku suka dengan perempuan seperti dia?"
"Perempuan seperti dia bagaimana?"
"Dia tidak seperti wanita bangsawan."
"Kau hanya tidak mengenalnya dengan baik." Tabib Nian berdiri dan mengambil beberapa gulungan kemudian memberikannya kepada Jenderal Ye, "Kau yang belum mengenal Hua Er dengan baik."
Jenderal Ye membuka gulungan itu dan ternyata itu gulungan kaligrafi dan lukisan yang menurutnya sangat indah.
"Hua Er yang membuat itu semua."
Jenderal Ye tidak menyangka wanita yang menjadi istrinya itu membuat semua gulungan kaligrafi dan lukisan yang ada di hadapannya itu.
"Hua Er juga memainkan Qin dengan baik, menari dengan indah, memiliki kemampuan medis yang luar biasa, dan pastinya kemampuan memasaknya." kata Tabib Nian sambil memandangi lukisan dirinya yang dilukis oleh Ying Hua.
"Dia tidak pernah melakukan semua itu di depanku."
Tabib Nian tampak semakin semangat untuk menggoda sahabatnya itu, "Wah... Sayang sekali... Jenderal Ye Bingwen, sang Jenderal besar kita masih belum beruntung menikmati semuanya itu bersama istrinya sendiri. Maklum Jenderal kita terlalu sibuk di luar." Tabib Nian melihat wajah masam Jenderal Ye, "Tenang saja nanti di Ibu Kota tidak akan sesibuk seperti di sini, Jenderal Ye dapat menemani istrinya semasa kehamilannya."
Komentar
Posting Komentar