Akibat fanvideo yang aku share sebelumnya (lihat di sini), akhirnya aku berniat ingin membuat gambaran dari intrepretasi video tersebut. Tapi dengan gaya bahasa dan pengembanganku yang berneka macam sumbernya.
Park Jiyeon akhirnya pindah ke sekolah barunya. Sejak dia masuk sekolah, playgroup, paling tidak setahun sekali, tiap ajaran baru dia berpindah sekolah. Oleh sebab itu, Jiyeon menjadi orang yang susah untuk bergaul, karena pada dasarnya dia benci dengan perasaan sedih sewaktu berpisah. Meskipun kedua orangtuanya menyakinkan bahwa mereka tidak akan pindah lagi, namun tetap saja Jiyeon susah untuk mengakrabkan diri.
Namun ternyata latar belakang keluarganya dan juga catatan prestasi yang dibawanya di sekolah-sekolah sebelumnya, selalu membuatnya mendapat teman-teman baru. Begitu juga dengan di sekolah yang baru. Tapi di sekolah yang baru itu, dia merasakan hanya ada satu orang yang sama sekali tidak welcome dengan kedatangan dirinya. Orang itu adalah Yunho.
Menurut kata orang di sekitar Jiyeon, Yunho seperti itu karena menganggap Jiyeon sebagai saingan untuk merebut posisi di kelas. Namun memang benar saja. Awalnya Jiyeon tidak terlalu memikirkannya. Namun lama kelamaan dia terpancing dengan semangat kompetensi Yunho. Akhirnya Jiyeon dan Yunho terkenal selalu berkompetensi dalam bidang akademik. Namun karena kompetensi ini, mereka malah menjadi dekat. Tanpa mereka sadari mereka sebenarnya sangat dekat satu sama lain dibanding dengan teman lainnya.
Suatu hari, Jiyeon mengetahui bahwa rumah di sebelahnya telah kedatangan tetangga baru, yang kabarnya adalah putri beserta kedua cucu nenek yang tinggal di sebelah, notabene nenek itu juga sahabat nenek Jiyeon. Tak di sangka yang menjadi tetangganya itu Yunho. Akhirnya semangat kompetensi itu semakin membara karena setiap keluarga mereka saling bertemu dalam kesempatan apapun mereka berdua akan selalu dibanding-bandingkan.
Suatu hari, terjadi kekacauan di sekolah. Ayah Yunho ingin membawa Yunho dan Yoochun,adiknya, pergi menghindar. Tak lama datang juga ibu mereka. Akhirnya terdapat keributan antara ayah dan ibu Yunho hingga akhirnya keduanya dilerai oleh kepala sekolah dan guru.
Jiyeon hanya dapat diam. Dia tak berani berkata apa-apa. Ia hanya membantu Yunho untuk merawat bekas memar pada Yoochun karena sempat terjatuh pada saat ditarik ayah Yunho. Jiyeon juga ikut menenangkan Yoochun yang menangis, sebenarnya pada saat itu Yunho juga menangis dan Jiyeon yang mengetahuinya hanya diam, berpura-pura tidak melihat.
Beberapa bulan berlalu. Ternyata ayah dan ibu Yunho akan berpisah. Seluruh sekolah membicarakan hal ini, bukan hanya para murid, namun juga tak ketinggalan para orang tua. Untung saja ibu dan ayah Jiyeon super sibuk sehingga tidak ada waktu dan memang tidak niat untuk bergosip. Yunho mengetahui keadaan ini, tapi ini berusaha keras untuk tidak berpengaruh. Oleh sebab itu, Jiyeon pun ikut berpura-pura tidak tahu, dan mereka berdua seakan membuat dunia mereka berdua dengan segala kompetensi mereka.
Dua tahun kemudian, Yoochun terlibat perkelahian dengan salah satu temannya. Yunho yang mengetahui hal ini berusaha melerai. Namun ternyata teman Yoochun ini mengungkit mengenai keadaan mereka yang ditinggalkan ayah mereka, dan tentang ibu mereka yang begitu menyedihkan karena ditinggalkan suaminya. Entah mengapa kali ini emosi Yunho terpancing, Yunho malah memukuli anak itu. Jiyeon yang sebenarnya kaget, berusaha melerai Yunho, hingga akhirnya berhenti karena secara tak sengaja Yunho jadi malah memukul Jiyeon.
Jiyeon dan Yunho saling merawat memar masing-masing. Jiyeon tahu bahwa perasaan Yunho sangat kacau karena perkataan anak tadi, dan pada saat yang sama merasa bersalah telah memukul Jiyeon. Jiyeon mendekati Yunho dan memeluknya. Tak di sangka Yunho malah menangis. Mereka berdua akhirnya menangis bersama.
Tahun berganti tahun. 10 tahun telah lewat. Mereka berdua sudah lulus kuliah. Selama 10 tahun itu, baik Yunho dan Jiyeon memang tidak pernah pacaran, namun mereka benar-benar punya banyak teman kencan. Maklum saja, keduanya termasuk yang memiliki akademik yang cemerlang, mengenai wajah dan kepribadian mereka berdua sangat menyenangkan dan menarik perhatian. Semua mengenal mereka seperti pasangan yang serasi, namun mereka selalu mengatakan bahwa mereka hanya sebatas teman.
Jiyeon sendiri selalu menanamkan satu prinsip yang dikatakan ayahnya berkali-kali, bahwa harus ada batas yang jelas antara teman. Jika memang ingin berteman dengan pria secara langgeng, jangan pernah campur adukkan dengan perasaan yang lebih dari teman.
Namun akhirnya Jiyeon meragukan apa yang diyakininya selama ini. Saat akhirnya ia tahu bahwa akhirnya Yunho memiliki kekasih yang serius. Bahkan ia sudah menceritakannya ke keluarganya. Yah, meskipun sebenarnya ibu dan nenek Jiyeon sejak lama hanya menginginkan Jiyeon sebagai istri Yunho kelak. Entah mengapa Jiyeon jadi sangat marah pada Yunho. Namun satu kata lagi dari Junho, yang membuat Jiyeon makin sakit. Yunho menegaskan bahwa mereka adalah teman, teman akan selalu menyayangi satu sama lain selamanya.
Jiyeon tak dapat berkata apa-apa. Ia berusaha mencari pelarian. Ia mulai ikut bergabung dengan teman-temannya yang lain. Hal ini membuatnya jadi suka keluar malam, mabuk, ke club malam, dan sebagainya. Yunho yang pada suatu hari tak sengaja melihat Jiyeon seperti itu, berusaha untuk menyadarkannya. Tapi dia dihalangi oleh sekelompok pria. Jiyeon sendiri akhirnya menyadari keberadaan Yunho yang diseret oleh beberapa pria berbadan besar. Namun Jiyeon dihalangi. Untungnya Yunho mampu mengalahkan pria-pria itu.
Yunho membawa Jiyeon pulang. Yunho bertanya masalah yang dialami Jiyeon sehingga dirinya seperti tidak melihat Jiyeon yang selama ini dikenalnya. Yunho mengantar Jiyeon pulang, dan seperti biasa tidak ada orang di rumah. Yunho menawarkan diri untuk menemani Jiyeon hingga tidur, sama seperti yang selalu mereka lakukan sejak 10 tahun lalu.
Di kamar, Jiyeon tidur dengan Yunho mengelus-elus kepalanya. Kemudian Yunho mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangi Jiyeon. Dirinya tak mau Jiyeon terkena masalah lagi atau bermain-main dengan hal yang bahaya. Jiyeon adalah sahabat terbaiknya, orang yang penting baginya, dan akan selalu seperti itu selamanya. Meski mereka berdua nantinya punya keluarga masing-masing, atau mungkin sibuk, mereka tidak boleh putus hubungan karena hubungan teman itu selamanya.
Tanpa Yunho sadari, Jiyeon sebenarnya menangis. Namun dengan berusaha menutupi tangisannya, Jiyeon pun mengatakan : "I love you too, Yunho oppa", dan dilanjutkan di dalam hati : "Love you more than a simple friend. I wish you were mine forever."
Park Jiyeon akhirnya pindah ke sekolah barunya. Sejak dia masuk sekolah, playgroup, paling tidak setahun sekali, tiap ajaran baru dia berpindah sekolah. Oleh sebab itu, Jiyeon menjadi orang yang susah untuk bergaul, karena pada dasarnya dia benci dengan perasaan sedih sewaktu berpisah. Meskipun kedua orangtuanya menyakinkan bahwa mereka tidak akan pindah lagi, namun tetap saja Jiyeon susah untuk mengakrabkan diri.
Namun ternyata latar belakang keluarganya dan juga catatan prestasi yang dibawanya di sekolah-sekolah sebelumnya, selalu membuatnya mendapat teman-teman baru. Begitu juga dengan di sekolah yang baru. Tapi di sekolah yang baru itu, dia merasakan hanya ada satu orang yang sama sekali tidak welcome dengan kedatangan dirinya. Orang itu adalah Yunho.
Menurut kata orang di sekitar Jiyeon, Yunho seperti itu karena menganggap Jiyeon sebagai saingan untuk merebut posisi di kelas. Namun memang benar saja. Awalnya Jiyeon tidak terlalu memikirkannya. Namun lama kelamaan dia terpancing dengan semangat kompetensi Yunho. Akhirnya Jiyeon dan Yunho terkenal selalu berkompetensi dalam bidang akademik. Namun karena kompetensi ini, mereka malah menjadi dekat. Tanpa mereka sadari mereka sebenarnya sangat dekat satu sama lain dibanding dengan teman lainnya.
Suatu hari, Jiyeon mengetahui bahwa rumah di sebelahnya telah kedatangan tetangga baru, yang kabarnya adalah putri beserta kedua cucu nenek yang tinggal di sebelah, notabene nenek itu juga sahabat nenek Jiyeon. Tak di sangka yang menjadi tetangganya itu Yunho. Akhirnya semangat kompetensi itu semakin membara karena setiap keluarga mereka saling bertemu dalam kesempatan apapun mereka berdua akan selalu dibanding-bandingkan.
Suatu hari, terjadi kekacauan di sekolah. Ayah Yunho ingin membawa Yunho dan Yoochun,adiknya, pergi menghindar. Tak lama datang juga ibu mereka. Akhirnya terdapat keributan antara ayah dan ibu Yunho hingga akhirnya keduanya dilerai oleh kepala sekolah dan guru.
Jiyeon hanya dapat diam. Dia tak berani berkata apa-apa. Ia hanya membantu Yunho untuk merawat bekas memar pada Yoochun karena sempat terjatuh pada saat ditarik ayah Yunho. Jiyeon juga ikut menenangkan Yoochun yang menangis, sebenarnya pada saat itu Yunho juga menangis dan Jiyeon yang mengetahuinya hanya diam, berpura-pura tidak melihat.
Beberapa bulan berlalu. Ternyata ayah dan ibu Yunho akan berpisah. Seluruh sekolah membicarakan hal ini, bukan hanya para murid, namun juga tak ketinggalan para orang tua. Untung saja ibu dan ayah Jiyeon super sibuk sehingga tidak ada waktu dan memang tidak niat untuk bergosip. Yunho mengetahui keadaan ini, tapi ini berusaha keras untuk tidak berpengaruh. Oleh sebab itu, Jiyeon pun ikut berpura-pura tidak tahu, dan mereka berdua seakan membuat dunia mereka berdua dengan segala kompetensi mereka.
Dua tahun kemudian, Yoochun terlibat perkelahian dengan salah satu temannya. Yunho yang mengetahui hal ini berusaha melerai. Namun ternyata teman Yoochun ini mengungkit mengenai keadaan mereka yang ditinggalkan ayah mereka, dan tentang ibu mereka yang begitu menyedihkan karena ditinggalkan suaminya. Entah mengapa kali ini emosi Yunho terpancing, Yunho malah memukuli anak itu. Jiyeon yang sebenarnya kaget, berusaha melerai Yunho, hingga akhirnya berhenti karena secara tak sengaja Yunho jadi malah memukul Jiyeon.
Jiyeon dan Yunho saling merawat memar masing-masing. Jiyeon tahu bahwa perasaan Yunho sangat kacau karena perkataan anak tadi, dan pada saat yang sama merasa bersalah telah memukul Jiyeon. Jiyeon mendekati Yunho dan memeluknya. Tak di sangka Yunho malah menangis. Mereka berdua akhirnya menangis bersama.
Tahun berganti tahun. 10 tahun telah lewat. Mereka berdua sudah lulus kuliah. Selama 10 tahun itu, baik Yunho dan Jiyeon memang tidak pernah pacaran, namun mereka benar-benar punya banyak teman kencan. Maklum saja, keduanya termasuk yang memiliki akademik yang cemerlang, mengenai wajah dan kepribadian mereka berdua sangat menyenangkan dan menarik perhatian. Semua mengenal mereka seperti pasangan yang serasi, namun mereka selalu mengatakan bahwa mereka hanya sebatas teman.
Jiyeon sendiri selalu menanamkan satu prinsip yang dikatakan ayahnya berkali-kali, bahwa harus ada batas yang jelas antara teman. Jika memang ingin berteman dengan pria secara langgeng, jangan pernah campur adukkan dengan perasaan yang lebih dari teman.
Namun akhirnya Jiyeon meragukan apa yang diyakininya selama ini. Saat akhirnya ia tahu bahwa akhirnya Yunho memiliki kekasih yang serius. Bahkan ia sudah menceritakannya ke keluarganya. Yah, meskipun sebenarnya ibu dan nenek Jiyeon sejak lama hanya menginginkan Jiyeon sebagai istri Yunho kelak. Entah mengapa Jiyeon jadi sangat marah pada Yunho. Namun satu kata lagi dari Junho, yang membuat Jiyeon makin sakit. Yunho menegaskan bahwa mereka adalah teman, teman akan selalu menyayangi satu sama lain selamanya.
Jiyeon tak dapat berkata apa-apa. Ia berusaha mencari pelarian. Ia mulai ikut bergabung dengan teman-temannya yang lain. Hal ini membuatnya jadi suka keluar malam, mabuk, ke club malam, dan sebagainya. Yunho yang pada suatu hari tak sengaja melihat Jiyeon seperti itu, berusaha untuk menyadarkannya. Tapi dia dihalangi oleh sekelompok pria. Jiyeon sendiri akhirnya menyadari keberadaan Yunho yang diseret oleh beberapa pria berbadan besar. Namun Jiyeon dihalangi. Untungnya Yunho mampu mengalahkan pria-pria itu.
Yunho membawa Jiyeon pulang. Yunho bertanya masalah yang dialami Jiyeon sehingga dirinya seperti tidak melihat Jiyeon yang selama ini dikenalnya. Yunho mengantar Jiyeon pulang, dan seperti biasa tidak ada orang di rumah. Yunho menawarkan diri untuk menemani Jiyeon hingga tidur, sama seperti yang selalu mereka lakukan sejak 10 tahun lalu.
Di kamar, Jiyeon tidur dengan Yunho mengelus-elus kepalanya. Kemudian Yunho mengatakan bahwa dirinya sangat menyayangi Jiyeon. Dirinya tak mau Jiyeon terkena masalah lagi atau bermain-main dengan hal yang bahaya. Jiyeon adalah sahabat terbaiknya, orang yang penting baginya, dan akan selalu seperti itu selamanya. Meski mereka berdua nantinya punya keluarga masing-masing, atau mungkin sibuk, mereka tidak boleh putus hubungan karena hubungan teman itu selamanya.
Tanpa Yunho sadari, Jiyeon sebenarnya menangis. Namun dengan berusaha menutupi tangisannya, Jiyeon pun mengatakan : "I love you too, Yunho oppa", dan dilanjutkan di dalam hati : "Love you more than a simple friend. I wish you were mine forever."
Komentar
Posting Komentar